Jogja, siapa sih yang gak kangen sama Jogja setiap kali nama itu disebut? Gimana rasanya pertama kali ke Jogja ataupun rasanya kembali ke Jogja lagi dan menginjakkan kaki di kota yang bisa dibilang semua rasanya pas aja. Nah, film ini juga gitu, menceritakan kehidupan Prasetyo yang diperankan Ringgo Agus Rahman dan anaknya Rindu (Zifa Magnolya) tentang perjalanan mereka dari Jakarta ke Jogja menggunakan mobil tua Pras yang dari dulu menemani masa kecil Rindu, dari Jogja sampai Jakarta.
Memang gak ada yang ngalahin roadtrip film 3 Hari Untuk Selamanya, dan ikoniknya Yusuf (Nicholas Saputra) dan Ambar (Ardina Rasti) dari Jakarta ke Jogja pada tahun 2007 lalu. Disanapun ada Ringgo yang berperan sebagai Edwin kalau gak salah. Jadi, film Pulang bisa jadi film yang mengingatkan kita pada kisah roadtrip Jakarta-Jogja, tentu dengan alur cerita yang berbeda.
Film Pulang mengisahkan Pras yang tengah dirundung masalah rumah tangganya dengan Santi (Imelda Therinne) yang mengakibatkan pernikahan mereka berujung pada keinginan bercerai oleh Santi, yang merupakan dosen dan saat ini ditawari untuk naik jabatan dan mengharuskannya pindah tugas ke Jogja. Kota di mana semua bermula: pertemuan Pras, seorang seniman jalanan, dengan Santi, mahasiswa cantik yang mampir saat Pras ikut menggelar pameran jalanan kala masih di Jogja.
AWAS SPOILER
Cerita tentang ayah dan anak perempuannya dalam sebuah roadtrip, dari kedetakan mereka, bagaimana pembelaan sang ayah pada tingkah laku anaknya, menjadi sosok orang tua yang mengayomi terlihat dari karakter Pras yang dimainkan Ringgo di film ini. Pras yang merupakan seniman yang ingin mengejar cita-citanya ke Jakarta untuk mempunyai pameran sendiri harus menelan ludah bahwa sampai Rindu dewasa dan ia mempunyai anak lagi bernama Biru. Karir Pras tidak kunjung berubah, lain halnya dengan Santi yang terlihat jauh lebih sukses.
Selama perjalanan menuju Jogja menggunakan mobil klasik tersebut, Rindu jadi tahu permasalahan orang tua nya, sewaktu ia tak sengaja menguping pembicaraan Pras dengan seorang wanita di telepon, saat mereka sedang mampir mencari makan di Rest Area. Rindu yang kaget dan panik beranjak pergi namun tak sengaja bertemu dengan Beno, pacarnya yang menyusul ke Jogja karena ia ingin Rindu bisa kembali bersamanya ke Jakarta dan meneruskan rencana mereka untuk ke Bali, kisah romansa yang bisa kita pahami sebagai seorang remaja di usia SMA.
Sepanjang cerita kita akan melihat bagaimana Rindu dan Pras sebagai anak dan ayah saling mencoba mengisi kekurangan satu sama lain, dengan hadirnya flashback memori semasa kecil ataupun kejadian yang sudah lalu antara Rindu dan Ayahnya. Bagaimana bingungnya Pras saat Rindu berulang tahun namun ia tak punya cukup uang membeli kado, hingga harus menggambar kura-kura dan membuat cerita yang dapat dipahami anaknya sewaktu kecil.
Pun begitu dengan kekurangan Rindu saat ia seringkali membangkang kepada Ibunya selama ini, Ayahnya selalu ada untuk memisahkan pertikaian, namun untuk kali ini pertikaian antara Rindu dan Pras yang terjadi. Rindu marah mendengar kabar perceraian orang tuanya, ia mencoba bertanya kepada sang Ayah mengapa tega menceraikan Ibunya. Pras mencoba meraih hati rindu kembali sepanjang perjalanan tersisa menuju Jogja, hingga saat sampai Hotel tempat mereka menginap dan mengajak Rindu jalan-jalan ditempat dimana dulu Pras dan Santi sering berpadu kasih, menceritakan kisah bagaimana pertemuan Pras dengan Santi ke Rindu hingga Rindu kembali menaruh asa ia bisa menyatukan kembali orangtuanya.
Sayangnya hanya itu yang ditawarkan sosok Pras dalam perjalanan ini, semakin cerita berjalan kita semakin melihat Pras tidak menjadi sosok Ayah bagi keluarganya. Yang ia pikirkan hanya bagaimana meraih impiannya sebagai seniman yang bisa mempunyai galeri pameran, sedangkan rasa bimbang Santi sang istri yang hanya ingin anak-anaknya punya Ayah yang bisa diandalkan, karena bagaimanapun anak-anaknya butuh makan. Permintaan Santi dalam film ini sebenarnya cukup dapat diterima, ia hanya ingin Pras tak teralalu idealis dan realistis untuk mencari pekerjaan lain yang bisa menghidupi dan mencukupi keluarga mereka.
Kembali ke perjalanan, dari intrik dan drama yang disajikan ada yang janggal jika kita pernah ke Jogja karena bagaimana tidak perjalanan dari Jakarta ke Jogja sepanjang film hanya terlihat mereka melewati jalan tol yang menjadikan scene nya membosankan, lalu scene sebelum mereka akhirnya ke rumah nenek dan kakek, ibu dan bapak Santi. Tempat tujuan mereka sedari awal, bagaimana bisa scene perjalanan harus menempuh ke pantai terlebih dahulu, atau memang tujuannya begitu? Pras mencoba menenangkan sang anak dengan cara mengajak jalan-jalan ke tempat-tempat dimana dulu Pras dan Santi menikmati romansa masa lalu mereka dan menceritakannya ke Rindu.
Akhir dari kisah keluarga Pras ini juga terasa agak janggal namun juga tepat dipilih, walaupun rasa mengganjal itu masih ada ketika menonton penutup dari seluruh cerita film Pulang. Dimana Rindu dan Pras akhirnya sampai dan pulang lalu disambut Nenek, kakek, serta Biru dan Santi. Apalagi disaat Santi dan Pras saling bertatap muka, lalu Rindu memberi Santi sebuah batik dan bilang bahwa itu hadiah dari Pras, walaupun sebenarnya Rindu yang membelinya.
Satu kata-kata yang agaknya rancu saat Pras mengatakan kepada Rindu bahwa;
Memangnya Ayah bakalan ngelepasin Ibu gitu aja?
Padahal Pras yang berselingkuh pada cerita film Pulang ini, bagaimanapun gue cukup puaslah. Pas aja, untuk sebuah film yang menampilkan kehangatan keluarga kecil dengan permasalahan yang bisa kita pahami. Oh iya sepanjang film juga akan ada lagu Sesuatu di Jogja Adhitya Sofyan yang diputar berulang kali. Dah itu aja sih. Kalau mau nonton bisa ke KlikFilm ya!
Posting Komentar