Dulu, saat masa-masa sekolah, di antara kita pasti punya semangat jadi anak band yang mengebu-gebu. Untuk mereka yang lahir di antara era 90an ke 2000an, pasti akan tau, gimana rasnya melihat band-band idola wara-wiri di layar televisi. Pulang sekolah, yang kita tonton sudah pasti MTV di Global TV atau Klik! di ANTV. Ketika akhir pekan, pilihannya lebih banyak lagi: mau nonton Dahsyat di RCTI, Inbox SCTV, Derings Trans TV, atau 100% Ampuh-nya Global TV.
Itu adalah masa-masa di mana tontonan musik hanya bisa didapat lewat layar kaca. Informasi musik hanya bisa kita akses dari majalah-majalah seperti Rolling Stone, Trax, Gaul, Aktuil, dan tentunya, HAI!. Musik terasa begitu eksklusif, sampai-sampai jadi barang yang mungkin mewah. Beli kaset atau CD pun harus nabung dulu, dan kadang kita bimbang harus memilih album band mana yang mau dikoleksi.
Karena terpapar musik hampir setiap hari, menginjak bangku sekolah selalu membuat kita berpikir, "Keren kali ya kalau jadi anak band?" Nge-jam bareng di studio, ada yang tiba-tiba jago main gitar, ada si jenius yang bisa baca not balok, sampai yang gedebag-gedebug dengan ketukan andalannya di drum. Mungkin gak sampai bermimpi jadi profesi, tapi bisa tampil di pensi atau acara perpisahan saja, bisa jadi milestone yang luar biasa. Apalagi kalau sampai diundang untuk tampil di sekolah lain, rasanya jadi prestasi yang cukup untuk dibanggakan di usia belasan.
Nah, sekarang semuanya berbeda. Di era digital, album fisik hanya bisa dibeli di toko musik tertentu, atau bahkan harus sepaket dengan seporsi fast food. Jadi "anak band" bukan lagi sebuah trademark keren. Anak muda sekarang mungkin lebih ingin jadi influencer, livestreamer game, atau kalaupun bermusik, ya jadi solois atau DJ sekalian. Animo untuk nge-band bareng rasanya gak segila itu.
Menemukan musik pun sekarang sesederhana karena algoritma media sosial atau playlist random dari Spotify. Dan di sinilah kalian mungkin akan bertemu dengan band yang satu ini. Belum banyak yang tahu, tapi musik mereka punya kesempatan untuk jadi besar.
Harapan dari Tangan Mereka
Hasta, band asal Bali ini beranggotakan Kiera Iza (Vocalist), Devananda (Keyboardist), dan Naraya (Drummer). Mereka terbilang sangat baru, terbentuk pada 8 September 2024. Tapi dalam setahun, mereka sudah punya karya yang layak kalian dengarkan.
Nama "Hasta" yang berarti tangan memberi harapan bahwa karya mereka murni berasal dari tangan mereka sendiri. Berawal dari proyek iseng bertiga, cover lagu, hingga akhirnya serius. Latar belakang mereka pun beragam, ada yang menjadi session player hingga kreator konten musik, dan semuanya masih menempuh pendidikan. Ini membuat Hasta terasa seperti proyek jangka panjang yang berjalan perlahan namun pasti.
8 Agustus kemarin, mereka merilis EP pertama, "404 not Found". dengan enam lagu. Dua lagu yang langsung menarik perhatian adalah "Kini Semua Berbeda" dan "Rayakan Hari Ini". Keduanya punya musik yang ceria, dan cara Kiera menyanyikannya dijamin bisa membuat kita tersenyum saat pertama kali mendengarnya.
EP ini akan cocok didengarkan bagi kalian yang pengen happy, atau sejenak cari pelarian dari hari-hari yang cukup sendu. Capek kerja, sekolah, kuliah, apa pun itu, EP dari Hasta bisa jadi solusi dari kejenuhan yang sedang mendera.
Antara Melankolis dan Nostalgia
Sebelum perilisan EP pertama ini, Hasta sudah lebih dahulu merilis "Belum Siap", lagu yang justru bernuansa cukup sedih dengan liriknya:
Pernah, kujadikan kau tempat tuk tinggal. Tapi sekarang tak lagi sama, awalnya karena jarang bicara, hingga tak lagi tatap mata.
Lagu ini seperti menceritakan situasi di mana kita belum siap mengakhiri hubungan, apalagi jika ditinggalkan tanpa alasan yang jelas. Ini menunjukkan bahwa Hasta punya rentang emosi yang luas dalam bermusik.
EP 404 not Found terasa dipersiapkan dengan baik. Sampul albumnya punya nuansa retro yang mencolok, dengan gambar buku, camcorder, dan tape player. Lagu-lagunya penuh kejutan, apalagi lagu berbahasa Inggris mereka, "U (all i want is u)". Lagu ini cukup menarik dan bikin kaget. Kagetnya kenapa? Coba kalian dengarkan sendiri dan tebak kenapa lagu ini bisa menjadi pembeda di antara lagu-lagu lain dalam EP yang sama.
Hasta bahkan memproduksi EP ini secara mandiri; baik lirik, hingga pembuatan lagu, mereka kerjakan bersama. Apalagi, di usia mereka yang kemungkinan baru menginjak kepala dua, menjadikan band ini masih punya waktu untuk terus bertumbuh dan berkarya.
Soundtrack untuk Merayakan Hari Ini
Satu lagu yang paling berpotensi jadi anthem adalah "Kita Rayakan Hari Ini". Vibes-nya seperti mendengarkan Lomba Sihir dengan "Ribuan Memori"-nya; asyik untuk dijadikan lagu latar kolase video-video lama pada masa sekolah dulu. Liriknya terasa begitu dekat dengan kita:
Ingin mencari gelar tapi anti belajar, tugas ga kelar-kelar, deadline terus mengejar, weekend kita kemana, sudah siap rencana, tapi ujung-ujungnya cuma jadi wacana
Lagu ini seperti memberi kita kesempatan untuk bernostalgia, berharap bisa bertemu mereka yang mungkin sekarang sudah jarang tegur sapa, yang kini mungkin hanya jadi penonton stories sosial media masing-masing. Yang dulunya dekat, bahkan sebangku, eh malah jadi asing.
Mari rayakan hari ini, sebelum semuanya pergi, kita party sampai pagi. Mungkin esok tak terulang lagi.
Lirik ini seperti memberitahu kita untuk memanfaatkan momen-momen yang tersisa sebaik mungkin, sampai akhirnya gak ada lagi kesempatan untuk mengulang hal-hal random yang hanya terjadi di masa-masa sekolah.
Sebuah Opsi di Tengah Kebingungan
Tentu, sebagai band baru, ada hal yang mungkin bisa diperbaiki oleh Hasta, yaitu bagaimana lirik mereka berbicara; ada yang begitu lugas, ada yang berkiasan, namun tetap dapat dinyanyikan dengan hati yang lapang. Tapi, menemukan Hasta rasanya seperti menemukan harapan kembali bahwa format band akan terus bertahan.
Semoga hasta makin dikenal, punya kesempatan untuk menampilkan karya mereka di depan khalayak umum, dan tentunya terus berkarya dan gak berpuas diri dengan EP pertama ini.
Semoga Hasta makin dikenal, punya kesempatan untuk menampilkan karya mereka di depan khalayak umum, dan tentunya terus berkarya dan tidak berpuas diri dengan EP pertama ini.
Selalu menyenangkan menemukan musisi muda yang punya semangat dan karya bagus di tengah gempuran berbagai genre yang kadang kita juga bingung mana yang berhasil di industri ini. Tapi pada akhirnya, penikmat musik Indonesia punya pilihan. Dan mungkin, EP dari Hasta ini bisa jadi opsi untuk kalian dengarkan.
Posting Komentar